Selasa, 23 Maret 2021

MAKALAH SEMI LOKAKARYA DENGAN TEMA SUMBANGSIH SUKU KUTAI DALAM SEJARAHNYA

MAKALAH SEMI LOKAKARYA

DENGAN TEMA SUMBANGSIH SUKU KUTAI

DALAM SEJARAHNYA

 

SEBAGAI  PEMBBINAAN KEBUDAYAAN NUSANTARA

DAN  TERCETUSNYA DEKLARASI SINGGASANA KUTAI RAYA

PADA TANGGAL 24 NOVEMBER 2010

DI HOTEL SINGGASANA GRAND ELTY TENGGARONG

BERTEPATAN DENGAN WAYAH SEPARO KARTIKA I CANDRA KALA SUNDA

 

Kerajaan Kutai di Martapura Telah Berkuasa Dari Tahun 350M Dan Kerajaan Ini Berdaulat Penuh Atas Hak Negerinya Dan Mempunyai System Pemerintahan Dewan Naladuta Dimana Maharaja Dipertuan Agung Adalah Seorang Maharaja Dan Dua Orang Wakil Menjadi Mahamenteri Dan Mahamangkubumi Dan Raja Duta Adalah Raja Wilayah Dan Raja Utusan Ke Negeri Lainya Sebagai Wakil Maharaja.

 

Undang-Undang Kerajaan Kutai Di Martapura  Ini Diberinama Kalpa Dan Ada 9 Kalpa Yang Mengatur Segalahal Urusan Kerajaan, Dan Merupakan Undang-Undang Yang Mengatur Adat Istiadat Dan Mengatur Hukum Hidup Rakyat Didalam Wilayah Dan Diluar Wilayah Yang Merupakan Utusan Maharaja Di Wilayah Kerajaan Lain.

 

Mengenai Suku Kutai Pantun Adalah Suku Atau Puak Yang Paling Tua Diantara 5 Suku Atau Puak Kutai Lainya Dan Suku Ini Mendiami Daerah Muara Kaman Kab. Kutai Kartanegara Dan Sampai Daerah Wahau Dan Daerah Muara Ancalong, Serta Daerah Muara Bengkal, Daerah Kombeng Di Dalam  Wilayah Kabupaten Kutai Timur Sekarang.

 

 Suku Kutai Pantun Dapat Dikatakan Sebagai Turunan Para Bangsawan Dan Pembesar Kerajaan di Kota Muara Kaman Sekarang. Hal Diatas Didasari Dari Pengkajian Jalur Pelayaran India, Indo Cina Dan Kalimantan Yang Amat Menarik Dikaji Secara Mendalam, Maka Secara Pasti Kronologis Sejarah Ini Juga Termuat Dalam Berita Jalur Perdagangan Timbal Balik Segitiga Antar Daerah, Karena Bukan Saja Dalam Berita – Berita Dari India Saja Namun Berita – Berita Dari Cinapun Dapat Dijadikan Bahan Kajian Mengenai Asal Nama Kutai.

 

Bahwa Dalam Hubungan Dagang Bangsa China Dengan Pulau Silalahi Yang Berada Dibagian Timur Negeri China, Dan Mereka Menyebut Pulau Tersebut Dengan Nama Zabudj Yang Adalah Pulau Kalimantan Dan Baru Diketahui Kemudian Ada Hubungan Antara Kerajaan Li Yi di Campa Dan Kho-Thay di Kalimantan Yang Berasal Dari Makna Kerajaan Besar Dipedalaman Sungai Mahakam, Nama Kutai Dalam Logat China Menyebutnya Kho-Thay Artinya Kota Besar Atau Bandar Kerajaan Besar Rujukan Ini Dalam Cerita Masa Tahun 1117 M Ketika Terjadinya Peperangan Antara Pedagang China Dan Kerajaan Kutai di Martapura.

 

Menurut Hikayat Kedatangan Penduduk Dari Campa Adalah Para Penambang Emas Yang Dibawa Oleh Maharaja Sri Kundungga Sebagai Raja Pelindung Para Pencari Emas Yang Kemudian Membaur Dengan Suku Atau Puak Sendawar Benuaq Dan Tunjung  Mereka Mendiami Daerah Melak Sampai Barong Tongkok Di Kab. Kutai Barat Sekarang.

 

 

Selain Itu Pula Ada Suku Bola Bongan Yang Merupakan (Suku Darat Atau Suku Dayak Benuaq), Yang Tinggal Didaerah Sungai Ohong Dan Menetap Disekitar Kec.Bongan Sekarang Suku Dayak Benuaq Menyebar Hampir Kepenjuru Pulau Kalimantan Ada Juga Yang Mengatakan Mereka Merupakan Pendatang Dari Daratan China Selatan Ras Mongolide Yang Semula Merantau Ke Dongson (Vietnam Sekarang).

 

Ada Kata-Kata Dalam Sawai Pelas Tanah Negeri Martapura Dan Benualawar Menyebut Nama-Nama  Seperti Negeri Talikat Dan Negeri Daha Puak Kutai Kedang Penjawat Adat Lawas Di Keham Dalam. Kutai Kedang Baroh Negeri Pahuk, Negeri Tanjung Gelumbang, Kanibungan, Jantur Tasik, Loa Niung Dan Gelumbang Jo, Kumpai Menamang, Bunga Lo Dan Negeri Sungai  Negeri Monggoh, Negeri Tanah Merah, Sesayap, Batu Salah, Lemuntan, Long Nawan, Sembuan, Hawang Buta, Riwang, Sepaso, Petidan, Batu Putih, Seguntar, Teluk Bayur, Rantau Panjang, Langkap, Tanjung Batu, Tanjung Aru, Tanjung Layar, Palai Hari, Balandean, Paringin, Bongkang, Tanjung Putting, Kaluing, Mendawai, Tanjung Usu, Ma-Benagih, Muara Sepayang, Tami Layang, Pemangkat, Gunung Kaliangkang, Rengkang, Naga Sahe, Balai Karang, Sungai Kukap, Padang Tikar, Sukadana, Tanjung Sambar, Nanga Tayap, Sukaraja, Sungai Seruyan.

 

Tanjung Riwana Adalah Bukti Bisu Pergolakan Peperangan Prahu Kapal Naga China Yang Melarikan Diri Dari Peperangan Di Tanah Jawa Yang Di Kejar Oleh Pasukan Yang Di Pimpin Seorang Bernama Raden Kusuma Yang Kelak Menjadi Batara Kertanegara Yang Membangun Pangkalan Militer Kerajaan Majapahit Mendiami Dusun Berinama Jahitan Layar Dimana Pasukan China Memperbaiki Perahu Layarnya Sambil Menunggu Musim Timur Guna Berlayar Kembali Ke Negerinya, Akan Tetapi Banyak Dari Rombongan China Ini Lari Kedaratan Dan Mereka Sekarang Dikenal Dengan Suku Basap (Dayak Basap) Lihat Dialek Basap Mengunakan Bahasa Campuran China Jawa, Jahitan Layar Sekarang Menjadi Kutai Lama Dan Atas Kemenangan Dari Sang Batara Ini Diperingati Sebagai Hari Erau Tempong Tawar Mengulur Naga Yang Mengandung Makna Bahwa Telah Ditenggelamkanya Kapal Atau Jong China Yang Bercorak Naga.

 

Selain Itupula Sang Batara Menaklukan 4 Wilayah Petinggi Yakni, Hulu Dusun, Binalu Dan Sambaran Maka Atas Keberhasilan Tersebut Raden Koesoema Di Anugerahi Gelar Aji Batara Agung Dewa Sakti Yang Bertugas Sebagai Batara (Pimpinan Militer) Dan Merangkap Sebagai Mangkubumi Setingkat Adipati Wilayah Oleh Raja Majapahit Dan Diwajibkan Membayar Upeti Kepada Kerajaan Majapahit Setiap Musim Timur.

 

Nama Kutai Jauh Sebelum Abad Ke 13 M, Sudah Merupakan Wilayah Dari Kerajaan Kutai di Martapura (Muara Kaman) Makanya Dalam Silsilah Kutai Mengatakan Aji Pergi Berburu Ke Kutai Dan Menemui Binatang Tupai Di Pohon Petai Dekat Pantai Yang Penuh Dengan Tumbuhan Bernama Kumpai Dan Kumpai Bukan Rumput Ilalang Kumpai Adalah Tanaman Perdu Mengapung Di Air dan Akarnya Di Tanah. Dalam Lakon Sendima Atau Paseman Aji Lebih Dikenal Dengan Seni Mamanda Sering Dikatakan Bahwa Kumpai Banyak Ditemukan Di Tanjung-Tanjung Dan Tidak Pernah Lelap Maksudnya Tidak Pernah Tenggelam, Kata Kumpai Dalam Lakon Sendima Kata Merujuk Kepada Kata Tanah Yang Menjorong Ketengah Sungai Dan Memiliki Tanah Yang Lebih Tinggi Diatasnya.  

 

Kerajaan Kutai Di Martapura Muara Kaman Memiliki Hak Secara De-Jure Dan De-Fakto Dalam Pemerintahan Sebagai Negara Berdaulat Penuh Tanpa Pernah Menjadi Bawahan Dari Negara Kerajaan Manapun Hal Ini Berlangsung Dari Tahun 350 M-1635 M.

 

Sedangkan Kesultanan Kutai Kertanegara Ini Tidak Memiki Hak De-Fakto Hanya Memiliki Hak De-Jure Saja Hal Ini Dibuktikan Bahwa Dinyatakannya Dalam Tambo Bahwa Didaerah Pesisir Pantai Timur Kalimantan Dipimpi Oleh Seorang Batara Dibawah Kekuasaan Kerajaan Majapahit, Batara Ini Sekaligus Sebagai Pimpinan Militer Dan Merangkap Hamangkubumi Wilayah Setingkat Adipati, Yang Menguasai Daerah Hulu Dusun, Jahitan Layar Sambaran Dan Binalu Yang Dipusatkan Di Jahitan Layar.

 

Batara Tersebut Adalah Raden Koesoema Pembesar Dari Keturunan Raja Kertanegara Dari Kerajaan Singhasari. Aji Batara Agung Dewa Sakti Memperisteri Anak Adalah Keponakan Dari Seorang Petinggi Hulu Dusun Bernama Babu Jaluma, Dan Putri Tersebut Ayah Sebenarnya Bernama Serading Dipati Bernama Karang Melenu Dan Dari Karang Melenu Inilah Akan Melahirkan Aji Paduka Nira, (Paduka Yatim) Gelar Meninggalnya Disebut Aji Didalam Tajau Yang Dalam Tahun 1325 Aji Paduka Nira Menggantikan Aji Batara Agung Dewa Sakti Sebagai Batara Karena Aji Paduka Nira Berhasil Menaklukan Daerah Buntang, Santan, Gunung Kemuning, Pandan Sari, Tanjung Semat, Rinjang, Rihang, Panyuangan, Senawan, Sangan-Sangan, Kembang, Sungai Samir, Dundang, Manggar, Tanah Habang, Susuran Dagang, Dan Tanah Malang, Pulau Atas, Karang Asam, Karang Mumus, Sambumi, Sembakung, Sabuyutan, Mangku Palas Yang Semula Negeri Wilayah Kerajaan Kutai di Martapura Yang Berpusat Di Muara Kaman.

 

Aji Paduka Nira Berhasil Pula Melarikan Seorang Putri Dari Kerajaan Kutai di Martapura Bernama Putri Indra Perwati Dewi, Putri Ini Dilarikan Ke Mengkaying Di Bungalo Dan Diambil Isteri Oleh Aji Paduka Nira Yang Bergelar Aji Batara Agung Dewa Sakti Dan Putri Indra Perati Dewi Anak Maharaja Nala Guna Perana Tungga Diberi Gelar Aji Paduka Suri Atau Mahasuri Dibengalon Putri Ini Memberikan Syarat Meminang Yaitu Menghitung Kersik Sebokor Akhirnya Aji Paduka Nira Memberikan Beberapa Tanah Wilayah Termasuk Bengalon Kepada Pihak Kerajaan Kutai Di Martapura Muara Kaman Yang Disebut Tanah Sumah Diperuntukan Bagi Rakyat Dan Keturunanya.

 

Pada Tahun 1360 Aji Batara Agung Paduka Nira Mininggal Dunia Dan Meninggalkan 7 Orang Putra Putri Dari Hasil Perkawinanya Dengan Aji Paduka Suri. Dan Baru Pada Tahun 1370 Maharaja Sultan Datang Menghadap Brawidjaya III Raja Majapahit Untuk Meminta Pengakuan Diplomatic Hal Ini Didukung Oleh Anak Pembesar Dari Suku Tunjung Bernama Puncan Karnaq Yang Memperisteri Aji Raja Putri Adik Dari Maharaja Sultan Yang Telah Membentuk Pemerintahan Dewan Ponco Prabu Dan Dewan Perwalian Aji Sapta Dan Menamakan Daerahnya Tunjung Kute Pahami Benar-Benar Kata Tunjung Merujuk Kepada Daratan Bukan Suku Tunjung Hal Ini Yang Harus Dipahami Saat Itu Anak Raja Tunjung Dan Benuaq Yakni Puncan Karnaq Yang Berasal Dari Dataran Tunjung Di Hulu Mahakam Telah Menjadi Pendamai Antara Pihak Penguasa Wilayah Daratan Tunjung Dan Kutai Di Martapura Serta Batara Di Jahitan Layar.

 

Kisah Keberangkatan Aji Maharaja Sultan Ke Majapahit Bertepatan Dengan Keberangkatan Maharaja Indra Mulia Datang Ke Jahitan Layar Adakah Misi Maharaja Indra Mulia Saat Itu Merupakan Keberangkatanya Ke Tanah Jawa Karena Hubungan Kekerabatan Dengan Raja Pajajaran Yang Ingin Menikahkan Putrinya Dengan Raja Majapahit Brawijaya Ke III Hayam Huruk Ataukah Maharaja Indra Mulia Ingin Mendatangi Putri Indra Perwati Dewi Yang Merupakan Ibunda Aji Maharaja Sultan Sebagai Keluarganya, Yang Mana Hal Ini Termuat Dalam Silsilah Kutai Bahwa Maharaja Indra Mulia Menceritakan Kepada Aji Maharaja Sultan Tentang Nama-Nama Raja Memerintah Sebelumnya Dan Mereka Berangkat Ke Majapahit Bersama-Sama Namun Malang Bagi Keluarga Raja Pajajaran Yang Mendapat Serangan Mendadak Dari Pasukan Bayangkara Majapahit, Semua Raja dan Pengiringnya Meninggal Dan Putri Diyah Pitaloka Atau Citraresmi Bunuh Diri Di Bubat, Peristiwa Bubat Adalah Peristiwa Yang Meninggalkan Banyak Beban Moral Antara Suku Jawa Dan Sunda Sampai Hari Ini, Menurut Berita Maharaja Indra Mulia Kembali Ke Kerajaanya Dan Aji Maharaja Sultan Dan Aji Maharaja Sakti Saja Tinggal Di Majapahit Untuk Mempelajari Ilmu Pemerintahan Di Majapahit Dan Maharaja Indra Mulia Bukan Bawahan Majapahit Dan Tidak Perlu Mempelajarinya.

 

Sepulangnya Aji Maharaja Sultan Dan Aji Maharaja Sakti Mereka Membentuk Kebataraan Kertanegara Dan Membuat Dewan Ponco Prabu Adalah Dewan Lima Raja Yang Mempunyai Hak  Atas Mengatur Kebijakan Dalam Roda Pemerintahan Dibawah Naungan Raja Wilwatita Majapahit Yang Merupakan Kerajaan Kecil Dalam Persekutuan Negara Majapahit Dewan Ini Diketuai Oleh Aji Maharaja Sultan Dan Beranggotakan Antara Lain : 1. Aji Maharaja Sakti, 2. Aji Maharaja Suradiwangsa, 3. Aji Maharaja Indrawangsa Dan 4. Aji Maharaja Darmawangsa Adapun Dewan Perwalian Aji Sapta Yang Bertugas Dalam Menyelenggarakan Siding-Sidang Di Kepalai Oleh Aji Maharaja Sakti Dan Beranggotakan 1. Puncan Karna, 2. Aji Maharaja Suradiwangsa, 3. Aji Maharaja Indrawangsa Dan 4. Aji Maharaja Darmawangsa, 5. Aji Raja Putri Dan 6. Aji Dewa Putri. Sejak Itulah Kekuasaan Kebataraan Kutai Kertanegara Berada Dalam Kekeuasaan Wilayah Majapahit.

 

Kerajaan Kutai Di Martapura Sebagai Negara Penuh Atas Wilayahnya Bukan Wilayah Kerajaan Majapahit Dikarenakan Maharaja Indra Mulia Dari Muara Kaman, Tidak Mau Tunduk Dan Takluk Dibawah Kekuasaan Kerajaan Majapahit Dan Atas Dasar Tersebut Kerajaan Kutai Di Martapura Ini Memiliki Hak Penuh Dalam Negaranya Dikarenakan Keinginannya Yang Keras Dalam Mempertahankan Kedaulatan Dan Tidak Ingin Dijajah Oleh Pihak Majapahit.

 

Pada Masa Kedatangan Mubalik Dari Penyiar Agama Islam Awalnya Datang Ke Sulawesi Kekerajaan Gowa Dan Bone Dan Terus Nusa Tenggara Dan Ke Kalimantan Melalui Jalur Perdagangan. Kesultanan Banjar Di Kalimantan Selatan Yang Bersekutu Dengan Kesultanan Demak Menyerbu Darah Kutai Dan Secara De-Fakto Kutai Menjadi Wilayah Taklukan Sultan Banjar Hal Ini Terjadi Dijaman Pemerintahan Aji Mahkota Dan Agama Islam Terus Berkembang Dan Dalam Pemerintahan Kutai Harus Membayar Upeti Kepada Sultan Banjar Dan Telah Melepaskan Hubungan Biletral Dengan Kerajaan Majapahit Yang Sudah Melemah Oleh Kekuasaan Kesultanan Demak Dan Dijaman Pemerintahan Aji Mahkota Sampai Aji Dilagar Mubalik Bernama Datuk Ribadang Gelar Dato Tunggang Parangan Atau  Syeikh Abdul Kadir Khotib Tunggal Telah Menetap Dikutai Guna Menjadi Mufti Merangkap Qadi Pada Tahun 1410 M.

 

Prahara Menimpa Kerajaan Kutai di Martapura Pada Tanggal, 7 Nopember 1635, Tujuh Buah Kapal Terdiri Dari 5 Kapal Pemburu Dan 2 Buah Kapal VOC Lainya Memasuki Sungai Mahakam Dipimpin Oleh Kapten Grit Thomassen Pool. Jika Benar Kehancuran Kerajaan Kutai Di Martapura Pada tahun 1635 Maka Yang Menghancurkanya adalah Campur  Tangan Dari VOC Yang Membuat Perjanjian Dengan Pangeran Sinom Panji Mendapa Ing Martapura Dan Memberlakukan Undang-Undang Panji Selaten Dan Maharaja Nanti Sebagai Undang Undang Baru Yang Dibuat Saat Itu.

 

Karena Laporan VOC Mengatakan Pada Tanggal, 18 Nopember 1635 Terjadi Perundingan Antara VOC Dan Kutai  Dan Isi Perundingan Tersebut Ditulis Dalam Bahasa Belanda Sebagai Berikut : “In Het Vervolg Aijk Aan De Javanen Makassaren En Andere Vreemde Handelaarste Ontzeggen. De Vrije On Belemmerde Handel In Zijn Landen Alleen Aan De Banjareen En Nederlaners, Met Uitsluiting Van Alleandre Natlen Te Vergunnen.” Perjanjian Ini Ditandatangani Oleh Pihak Belanda Dan Kutai Tertanda Adji Pengeron Cinom Pansegy Anoemdappa Ingh Martadipoera Dan Onderkoopman Pieter Pietersz Dan Perjanjian Ini Mengalami Stage Selama 22 Tahun Karena Pada Tahun 1638, Rakyat Kesultanan Banjar Menyerbu Benteng VOC Dan Pada Tahun 1668 Atas Perkenan Sultan Banjar Member Ijin Pada Orang Bugis Untuk Menetap Di Kutai Hal Ini Terkait Dengan Permintaan Dari Mangkubumi Raja Goa Kraing Patinggalon Terhadap Pua Adi Yang Membangun Pemukiman Di Mangku Jenang Dalam Wilayah Kutai.

 

Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) atau VOC yang didirikan pada tanggal 20 Maret1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham.Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa. Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain. Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.VOC terdiri 6 Bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoorn dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren XVII (XVII Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang mereka bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan. Di Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni.

 

Dan Dalam Tahu 1671 Kompeni Belanda Mengirim Utusan Ke Kutai  Bernama Kapten Paoeloes De Bock Namun Tidak Mendapat Simpati Dan Baru Pada Tahun 1673 Diutuslah Kapten Nachoda Van Heys Sehingga Pada Tanggal 23 Desember 1675  Kapten Nachoda Van Heys Menyampaikan Laporan Ke VOC dan  Pemerintah Kerajaan Belanda Isisalinanya Sebagai Berikut : “Orang Kutai Itu Jahat, Mereka Punya Benteng Serta Kapal-Kapal Sedalam 10-20 Kaki, Mereka Menembaki Dari Pinggir Benteng Yang Dilakukan Oleh Sekitar 200 Prajurit Yang Mengakibatkan Kerugian Pada VOC.” 

 

 

Dalam Tahun 1686, Aji Pangeran Majakusuma Bersama Raja Pasir Berangkat Ke Makasar Dengan Tujuan Mempererat Hubungan Di Kutai Pemerintahan Dipegang Oleh Aji Ragi Gelar Aji Ratu Agung Dan Tahun 1700 M Adik Aji Ragi Bernama Aji Mangkurat Gelar Aji Pangeran Adipati Tua Ing Martadipura Dinobat Menjadi Raja Kutai Dan Didalam Tahun 1705 Raja Kutai Tersebut Melangsungkan Perkawinan, Dengan Anak Karaeng Baturombo Raja Wajo Sehingga Pada Tahun 1730 Orang Bugis Wajo Dipimpin Petta Sebenggareng Dan Pangeran To Rawei Diberi Ijin Oleh Aji Mangkurat Membuka Pemukiman Diseberang Mangku Jenang Dan Menjadi Kota Samarinda Sekarang.

 

Dalam Tahun 1738, Aji Kado Yang Merupakan Anak Keturunan Dari Maharaja Kutai Di  Martapura Yang Diperisteri Oleh Meruhum Pamerangan Mengadakan Kudeta Dan Merebut Kekuasaan Dari Aji Sultan Muhammad Idris Yang Diihtiarkan Dibunuh Di Tanah Wajo, Dan Atas Desakan Dari Aji Kado Yang Juga Mengambil Isteri Aji Sultan Muhammad Idris Dan Memangku Anak Tirinya Bernama Aji Imbut, Dan Aji Intan Dia Berdalih Untuk Diangkat Menjadi Aji Sultan Kutai Kertanegara Ing Martapura Dengan Gelar Aji Sultan Muhammad Aliyiddin Yang Sempat Berkuasa Selama 42 Tahun Dan Pusat Pemerintahan Kutai Di Pamerangan (Jembayan Sekarang).

 

Sehingga Orang-Orang Bugis Yang Patuh Dengan Aji Sultan Muhammad Idris Mencari Cara Agar Dapat Menaklukan Aji Sultan Aliyiddin (Alangkah Sayang Nama Sultan Ini Tidak Dimasukan Dalam Silsilah Kesultanan Walaupun Berkuasa Selama 42 Tahun Dikarenakan Dia Berdarah Kerajaan Kutai Di Martapura),  Maka Atas Ihktiar Orang Bugis Akhirnya Pada Tahun 1752 Poa Ado (Puak Adi) Bernama La Sawedi Daeng Sitebba Mendapat Dukungan Dari Dato Tan Perana Lela Sebagai Pimpinan Bajak Sulu Kebuntalan Dari Filipina Yang Dibiarkan Merampas Harta Kerajaan Kutai Di Pamerangan, Sehingga Aji Sultan Aliyiddin Meminta Bantun VOC Belanda Sedang Dalam Peperangan Dengan Kesultanan Berau.

 

Pada Tahun 1778, Pemuka Bugis Mengutus Nachoda Labai Dan Adiknya La Made Daeng Punggawa  Disertai Tuan Sajid Alwi Bin Hosen Al ‘Mardjak Berangkat Ke Wajo Guna Berjumpa Dengan Peta Cakurdi Alias Aji Imbut Dan Rombongan Ini Tiba Pada Tahun 1779, Disambut Oleh Aji Imbut. Dan Dalam Tahun 1780 Aji Imbut Berada Di Segara (Samarinda Seberang), Disebut Mangku Jenang Dan Disitulah Aji Imbut Di Daulat Menjadi Sultan Dengan Gelar Aji Sultan Muhammad Muslihuddin Yang Memberikan Perintah Kepada Mangkubumi Ni’raden Perbangsa Untuk Menangkap Aji Kado Gelar Aji Sultan Muhammad Aliyiddin Dan Dijatuhi Hukum Krenet (Mati Tanpa Mengeluarkan Darah), Pada Tanggal, 22 September 1782 Atas Perkarsa Mangkubumi Ni’raden Bangsa, Perdana Menteri Pangeran Masjurit Dan Pua Ado Latodjeng Daeng Petta Serta La’made Daeng Punggawa Serta Atas Perkenan Pembesar Kerajaan Kutai Martapura Yang Menjadi Kepala Suku Kedang Lampong Yakni Sri Mangku Jagat Dan Sri Mangku Setia Diperkenanlah Aji Sultan Muhammad Muslihudin Membangun Kota Di Sebelah Hilir Tepian Pandan Dan Oleh Orang Bugis Kota Ini Dinamakan Tangg-Arung, Yang Kelamaan Menjadi Tenggarong Sekarang.

 

Hal Yang Sangat Membuat Kutai Semakin Tak Menentu Atas Kekuasan De-Paktonya Dikarenakan Berdasarkan Surat Perjanjian Kompeni Belanda Dan Sultan Banjar Yakni Sultan Tamjidillah II Di Tahun 1787, Menyatakan Bahwa Kutai Diserahkan Kepada Pihak Belanda Atau  VOC Maka Atas Dasar Itulah Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martapura Tidak Membayar Upeti Kebanjar Masin Melainkan Harus Membayar Pajak Kepada Pemerintah Kompeni Belanda, Namun Atas Dasar Perjanjian Belanda Dan Inggris  Tertanggal, 29 Mei 1809, Pemerintah Inggris Meminta Agar Belanda Meninggalkan Banjarmasin Karena Kekuasan Diserahkan Pada Pemerintah Inggris Dan Baru Pada Tahun 1812, A. Hare Sebagai Residen Berkedudukan Di Banjarmasin Menandatangai Kontrak Dengan Sultan Banjar.

 

Pada Tahun 1814 Diadakan Perjajian Dalam Converensi Van London, Yang Mengakibatkan Pada Tanggal 1 Januari 1817 Sultan Kutai Membuat Perjanjian Baru Dengan Pemerintah Belanda Didasari Bahwa Sultan Banjar Telah Menyerahkan Kembali Kutai Kepada Belanda Perjanjian Ini Ditandatangani Oleh Kedua Belah Pihak Aji Sultan Muhammad Salehuddin Selaku Sultan Kutai Dan Van Bukholz Selaku Pemerintah Belanda Yang Mengangkat Seorang Civet Gezeg Hebber Bernama H. Van Dewell Sebagai Asisten Residente Berkedudukan Di Kutai Dan Pengangkatan Ini Tertulis Pula Dalam Naskah Perjanjian  Tahun 1825 Yang Ditandatangani Oleh Aji Sultan Muhammad Salehuddin Dengan G. Muller Selaku Residen Berkedudukan Di Banjarmasin Atas Nama Pemerintah Kerajaan Belanda.

 

Dalam Tahun Itu Juga G. Muller Mengadakan Perjalanan Ke Pedalaman Dan Sehingga Adanya Nama Pegunungan Muller Di Kalimantan Dan Atas Ketidak Senangan Rakyat Kepada Pihak Penjajah Maka Muler Di Bunuh Di Muara Kaman Hal Ini Dilaporkan Oleh H. Van Dewell Dan S.C. Knappert Kepada Pemerintah Kerajaan Belanda Yang Pada Saat Itu Sibuk Dengan Perlawanan Perang Di Ponegoro Di Jawa. Dan Kesempatan Ini Digunakan Oleh Pihak Pemerintah Inggris Mengirim Bill Dalton Ke Kutai Guna Mengadakan Penyelidikan Dengan Motib Sebagai Ahli Antropologi Yang Meneliti Daerah Kutai Selama 15 Bulan Yakni Pada Tahun 1827 – 1828.

 

Hingga Laporan Ini Memancing Keinginan Pemerintah Inggris Untuk Memperkuat Hubungan Ke Kutai Dan Pada Bulan Februari 1844 Pemerintah Inggris Mengirim Ekspedisi Yang Dipimpin Oleh Jhon Erskine Murray Dengan Tujuan Untuk Memonopoli Perdagangan Dan Ekspedisi Ini Berakhir Dengan Peperangan Antara Kutai Dan Inggris Dan Melibatkan Perampokan Atas Kapal Dagang Belgia Sehingga Menjadi Perhatian Dunia Yang Mana Beritanya Ditulis Pada Surat Kabar Harian Hongkong Dan Belanda Merasa Berhak Untuk Mengambil Tindakan Atas Perkara Tersebut Karena Belgia Menuntut Ganti Rugi Kepada Pihak Belanda, Yang Bertanggung Jawab Atas Perlakuan Dari Pasukan Kesultanan Kutai.

 

 Sehingga Pada Bulan April 1844 Belanda Mengirim 2 Buah Kapal Tempur Bernama The Anna Dan The Young Yang Dibawah Komando Letnan Laut I T Hoof Yang Menembaki Kota Samarinda Sampai Kota Tenggarong Sehingga Ibukota Kesultanan Kutai Ini Dibumi Hanguskan Istana Dan Mesjidnya Terbakar Dan Pimpinan Perang Kutai Kalamenteri Awang Long Gelar Ni’raden Sujidiselerong Alias Pangeran Ariyo Senopati Meninggal Dunia Terkena Runtuhan Benteng Dari Kayu Ulin. 

 

 

Sehingga Aji Sultan Diungsikan Ke Kota Bangun Dan Akhirnya Takluk Kepada Pemerintah Belanda Sesuai Pakta Perjanjian Tepian Pandan Tracktat Yang Isinya Menyatakan Kedaulatan Penuh Ditangan Pemerintah Belanda Aji Sultan Diangkat Berdasarkan Besluit Oleh Pemerintah Kerajaan Belanda Dan Menjalankan Pemerintahan Atas Perkenan Kanjeng Gubernur Belanda Di Batavia Sehingga Kekuasaan Penuh Berada Ditangan Pemerintah Belanda Yang Memberikan Gelar Lider, Niu Van Oranje Nasau Kepada Para Pembesar Kesultanan Kutai, Dan Sampai Pada Pemerintahan Penjajah Jepang Kesultanan Mengabdi Pada Jepang Dan Mendapat Gelar Khoti Dan Indonesia Merdeka Kekuasaan Kesultanan Benar Benar Dihapuskan Pada Tanggal 1 Januari Tahun 1960.

 

Dan Baru Di Hidupkan Kesultanan Ini Pada Tahun Pada Tanggal, 22 September 2001 Dengan Di Tabalnya Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Suryadiningrat Dengan Gelar Aji Sultan Salehuddin II Dan Tidak Mempunyai Hak Memerintah Hanya Sebagai Pemangku Adat Atau Pelestari Budaya Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martapura Dan Sama Halnya Pada Tanggal Sebelumnya Yakni Tanggal 3 September 2001 Di Muara Kaman Didaulatnya A.Iansyahrechza.F Gelar Maharaja Srinala Praditha Wangsawarman Sebagai Pemangku Kerajaan Kutai Mulawarman Sebagai Pewaris Dan Pelestari Budaya Kerajaan Kutai di Martapura Sekali Gus Kepala Adat Besar Kec. Muara Kaman. Inilah Perjalanan Panjang Kutai Dari Masa Kemasa.

 

Mari Kita Belajar Dari Sejarah Dan Bukan Kita Membuat Sejarah Namun Sejarah Itulah Yang Membawa Kita Pada Masa-Dan Ruang Serta Waktunya.

 

Tenggarong, 2 November 2010,

DYMM-SPBA

Maharaja Kutai Mulawarman

M.S.P.A. Iansahrechza.F.W,

 

 

MAKALAH SEMI LOKAKARYA DENGAN TEMA SUMBANGSIH SUKU KUTAI DALAM SEJARAHNYA

MAKALAH SEMI LOKAKARYA DENGAN TEMA SUMBANGSIH SUKU KUTAI DALAM SEJARAHNYA   SEBAGAI  PEMBBINAAN KEBUDAYAAN NUSANTARA DAN   TERCE...